Grafologi dan Tulisan yang Mewakili Zaman

3624588_20140610040100

Ini pertanyaan santai, tidak perlu ada yg emosional. Apakah ada yg punya gambar resolusi tinggi kertas kecil yg kata Eep adalah doa dari ibu Jkw? Saya lahir dan tumbuh di Solo. Tidak banyak generasi di atas umur 70 tahun yang bisa menulis Arab di Solo, kecuali yg tumbuh di klrg santri atau pergi ke madrasah/pesantren. Bahasa tulis adalah ‘eksklusif’, level tertinggi dari kemampuan bahasa. Eyang putri dan Ibu saya membaca Quran jauh lebih indah dibanding saya, tetapi tidak punya kemampuan menulis huruf Arab krn ‘menulis’ tdk masuk dlm ‘kurikulum’ pada masa itu. Setiap kali Eyang putri menulis surat utk om, tante, dan sepupu (20 tahun y.l. blm ada email, telp blm menjamur)’ maka saya yang akan menuliskan basmallah dlm bhs Arab juga salam pembuka. Untuk generasi di atas 70 tahun, Yg ditekankan bisa baca Quran saja. Eyang Kakung dan Bapak saya bisa menulis Arab dgn indah dan cepat krn sekolah di Mambaul Ulum dan PGA. Saya dan saudara2 bisa menulis Arab krn pergi ke madrasah/guru ngaji khusus.

Status ini sama sekali tdk ‘usil’ soal ke-Islam-an Jkw dan klrg. Itu sdh jelas, tdk perlu dipertanyakan. Saya hanya ingin ‘menganalisa’ apakah kertas doa yg nongol itu murni kecelakaan atau memang disengaja supaya dibahas dan mendpt simpati sbg yg agamis, membawa doa Ibu di momen2 penting. Kebetulan Eep bilang itu dari Ibu Jkw, tdk perlu minta Perempuan yg sdh sepuh utk menuliskan kembali sbg bukti, itu kurang ajar dan kurang kerjaan. Cukup dianalisa apakah tulisan sesuai dgn zaman/umur.

Sekilas saya lihat coretan itu, huruf latinnya tdk mewakili gaya tulisan/huruf yang dipakai oleh generasi berusia 70 tahun ke atas. Itu lebih mirip tulisan tangan generasi saya (30-50 tahun). Sedangkan ‘kerapian’ huruf Arab yg dipakai, itu hanya bisa dituliskan yg pernah madrasah/mondok minimal 3 tahun. Kalau secara grafologi baik tulisan Arab maupun Latin -nya tdk mewakili tulisan generasi Ibu Jkw, berarti…………

Tidak perlu serius2x amat Masbro Mbaksis. Saya dan Anda ingin capres-cawapres tampil apa adanya. Boleh sedikit dipoles untuk pencitraan, tapi jgn sampe kelewatan. Tidak perlu mengarang cerita atau mengskenariokan sst utk menarik simpati. Yg alamiah saja lebih asyik. Kl ini semua bagian dari skenario, kurang rapi sedikit skenarionya karena tulisannya ga cocok, sebaiknya tdk usah bawa2 nama ibunya. Cukup bilang timses menuliskan doa utk Jkw supaya seluruh rakyat Indonesia tahu bhw beliau agamis. Konteks itu perlu. Mirip di film Ainun-Habibie ada tol Padalarang padahal zaman mereka muda, tol tsb blm eksis. Memang tdk mengganggu film secara keseluruhan, tapi menunjukkan kecerobohan dlm pengerjaan. Oh ya, kalau Eep yang memfoto saat jeda, kemudian membagi di twitter, lagi2x beliau ini menganggap kita bodoh atau bagaimana. Di penutup, closing statement Jkw jelas2x membaca, ucapan terima kasih ke bla bla bla. Artinya, yg terlihat nyempil di jas Jokowi itu (kalau penglihatan saya benar) adalah amplop yang isinya doa, closing statement, dan entah apalagi). Tidak dilarang, tapi tolong jujur. Kalau bawanya doa dan contekan closing statement, foto dua-duanya. Kl yg ditampilkan di twitter ‘hanya’ kertas kecil doa, saya dan penonton lain berhak menebak citra apa yang ingin disampaikan.

Jangan terlalu berharap saya menulis yg serius2, sdh banyak yg melakukan lebih dari cukup. Saya memang lebih suka membahas sesuatu yg suka ‘luput’. (SN)

Leave a comment